Seorang Ibu terengah-engah dari toko,
Membopong belanjaan lewat pintu dapur.
Anak lelaki delapan tahun telah menunggu,
Siap mengadukan polah adiknya.
"Waktu aku main di luar dan Ayah sedang menelfon,
T.J. mengambil krayon dan menulis di kertas dinding!
Yang baru dipasang di kamar tidur Ibu.
Kubilang nanti Ibu marah dan terpaksa mengganti."
Si Ibu mengaduh dan mengernyitkan kening.
"
Mana dia? Mana dia?"
Belanjaan dilepas,
tangan berkacak pinggang.
Menghambur ke lemari persembunyian.
Si Ibu memanggil dengan nama lengkapnya.
Si anak gemetar, kiamat terbayang!
Sepuluh menit ibunda didera sesal dan jengkel.
Tentang kertas dinding mahal dan susahnya menabung.
Kapan lagi bisa mengganti,
Akibat anak nakal dan tidak peduli?
Makin lama menegur, makin gusar si Ibu,
Lalu dengan sebal membalikkan badan.
Ditengoknya kamar untuk menegaskan kegundahan.
Tapi air mata langsung meleleh dan membanjir.
Seakan hati ditembus panah:
Di dinding tergambar sebuah hati, dan "aku cinta Ibu" ditengahnya.
Lukisan dinding itu kini diabadikan dengan pigura,
Sebagai pertanda bagi semua.
Untuk meluangkan waktu dan membaca,
Coretan di tembok kita.
Sumber Cerita : Valerie Cox : Chicken Soup for the Soul : 68 Kisah yang membuka hati dan mengorbankan semangat kembali : Hal. 151